Sabtu, 29 Oktober 2016

K2, Kompor Canggih Berbahan Bakar Plastik dan Kayu yang Bisa Digunakan untuk Mengisi Baterai Ponsel


   Mengurangi sampah sekaligus bisa dipakai untuk mengisi baterai smartphone. Itulah dua hal yang bisa dilakukan oleh sebuah kompor menarik bernama K2 yang dikembangkan oleh dua orang bernama Jacqueline Nguyen bersama dengan Mark Webb. Kompor K2 buatan Webb dan Nguyen ini pun berhasil mengurangi emisi asap hingga 95 persen. Selain itu, dengan menggunakan panas yang dihasilkan kompor, maka Webb pun bisa memakainya untuk mengisi baterai ponsel. Selain itu, kompor ini juga mampu membakar plastik, kayu ataupun briket biomassa secara penuh hingga bersih.

   kompor k2
Webb mengatakan kalau ide pembuatan K2 ini adalah adanya keinginan untuk membakar semua material berbahaya yang ada dalam sampah. Dan kompor ini pun merupakan pengembangan dari desain sebelumnya yang bernama KleanCook. Desain kompor ini pun cukup unik, karena dilengkapi dengan sebuah kipas built-in. Kipas tersebut berfungsi untuk memompa air ke api sehingga membuat kompor lebih efisien. Karbon monoksida yang ada dalam kompor pun diubah menjadi karbon dioksida. Webb sendiri saat ini tengah berusaha untuk mematenkan karyanya tersebut. Untuk pembuatannya sendiri, kompor K2 tak begitu memakan banyak biaya, hanya butuh uang sebanyak 16 USD.Dan kalaupun dijual ke pasaran, maka kompor ini bakal kemungkinan dipatok seharga 50 USD.

(sumber :https://www.beritateknologi.com/k2-kompor-canggih-berbahan-bakar-plastik-dan-kayu-yang-bisa-digunakan-untuk-mengisi-baterai-ponsel/ 



   Mengurangi sampah sekaligus bisa dipakai untuk mengisi baterai smartphone. Itulah dua hal yang bisa dilakukan oleh sebuah kompor menarik bernama K2 yang dikembangkan oleh dua orang bernama Jacqueline Nguyen bersama dengan Mark Webb. Kompor K2 buatan Webb dan Nguyen ini pun berhasil mengurangi emisi asap hingga 95 persen. Selain itu, dengan menggunakan panas yang dihasilkan kompor, maka Webb pun bisa memakainya untuk mengisi baterai ponsel. Selain itu, kompor ini juga mampu membakar plastik, kayu ataupun briket biomassa secara penuh hingga bersih.

   kompor k2
Webb mengatakan kalau ide pembuatan K2 ini adalah adanya keinginan untuk membakar semua material berbahaya yang ada dalam sampah. Dan kompor ini pun merupakan pengembangan dari desain sebelumnya yang bernama KleanCook. Desain kompor ini pun cukup unik, karena dilengkapi dengan sebuah kipas built-in. Kipas tersebut berfungsi untuk memompa air ke api sehingga membuat kompor lebih efisien. Karbon monoksida yang ada dalam kompor pun diubah menjadi karbon dioksida. Webb sendiri saat ini tengah berusaha untuk mematenkan karyanya tersebut. Untuk pembuatannya sendiri, kompor K2 tak begitu memakan banyak biaya, hanya butuh uang sebanyak 16 USD.Dan kalaupun dijual ke pasaran, maka kompor ini bakal kemungkinan dipatok seharga 50 USD.

(sumber :https://www.beritateknologi.com/k2-kompor-canggih-berbahan-bakar-plastik-dan-kayu-yang-bisa-digunakan-untuk-mengisi-baterai-ponsel/ 


Cerpen : Sirius

Hmmmm.... Kali ini Yasmin bikin cerpen lho, Judulnya Sirius. sekarang cuma mau ngasih prolognya doang, kalau mau full bisa dateng ke orangnya (beli bukunya) katanya.
Oke, langsung aja :

Sirius
Yasmin Bismi Alifa

Prolog:
Kupersembahkan segenggam kata yang tertulis ini.. untukmu ayahku.. Kata sederhana, yang tak bermakna,

‘Tong.. tong’ bunyi jam yang menandakan tepat pukul 23.00, sudah sangat larut untuk anak seumurku, 14 tahun. Apa yang ku tunggu? Menunggu pintu kamar terbuka, dan merasakan kecupan ringan didahiku, dari seseorang yang kusayangi, ayahku.
Rumah besar ini, walau tak hanya dihuni oleh aku sendiri, masih ada Ibu, Kakak, dan pembantu lain. Tapi tetap saja tak lengkap jika tanpa ayah. Aku memang lebih dekat dengan ayah, bukan berarti tak dekat juga dengan yang lain. Identik, anak kedua lebih dekat dengan ayahnya.
Awalnya, tak seperti ini. Awalnya ayah tak pulang larut malam, awalnya kami lakukan banyak hal bersama, mengisi kekosongan dengan tawa, haru, pelajaran bermakna, dan bahagia. Bermula dari kemenangan perusahaan ayah dalam program besar bersama para kolega-nya. Itu membuat semua kenangan sulit terulang, bahkan untuk menghabiskan hari libur pun tak bersama. Ayah selalu sibuk dengan Laptop-nya. Belakangan ini, ku ketahui bahwa ayah tak menjaga kesehatannya.
***
“Maaf, sepertinya pola makan bapak tidak dijaga dengan baik. Asam lambungnya meningkat,” ujar dokter itu. Kejadian itu, saat ayah tiba-tiba dilarikan ke UGD.
Mungkin, tak berlebihan jika aku sangat khawatir dengan keadaan ayah. Siapa yang tak khawatir jika orangtuanya iba-tiba dilarikan ke rumah sakit? Tidak ada bukan?
Tapi, itulah titik awal ayah untuk memporsir kegiatannya. Tak sepadat minggu lalu, tapi tetap lebih padat dari tahun lalu. Kini, Ia mulai memperhatikan pola makannya, mulai kembali meluangkan waktunya untuk meregangkan otot. Aku bahagia, walau waktu yang diluangkan, bukan untukku. Kesehatannya, adalah nomor satu.
***
Untuk saat ini, dan kedepannya, aku selalu berusaha membahagiakan keluargaku. Walau jika akhirnya mereka tak berbangga, tak apalah. Kan kucoba semampuku. Sampai akhir hayatku.
“De, belum tidur?,” sapa Ibu diambang pintu, ini malam ketiga dimana aku meluangkan waktu untuk berdiam didepan buku.
“Belum bu,” jawabku. Melirik, kemudian tersenyum. Kembali fokus pada buku dihadapanku.
“Kenapa?”
“Enggak apa-apa kok, Bu. Cuma ada yang harus dikerjain aja.”
“Oke yaudah, jangan terlalu malem ya tidurnya.”
“Sip deh, Bu.” Ibu beranjak dari kamarku, menutup pintunya. Dan menghilang dibalik pintu. Bayang itu mengakhiri ‘pekerjaan’-ku. Ya, aku mulai menulis untuk satu penerbit. Berawal dari ‘keisenganku’ yang mengikuti sebuah event pencarian penulis kecil. Tapi, jangan dulu beritahu ibu dan ayah ya, aku belum memberitahukan hal ini padanya.
***
Ah, tak terasa. Hari ini bertepatan dengan Ulang tahun ayah, dan juga Launching novel perdana-ku. Rencananya, aku akan mengirimi tiket agar ayah menghadiri acaraku, kemudian menghadiahkan novel itu padanya. Sederhana, tetapi itulah rasaku.
Sudah ku rencanakan jauh-jauh hari, meminta kerjasama dengan para kolega-nya. dengan setting yang tepat. Hanya ayah yang aku berikan kejutan, karena diam-diam tanpa sepengetahuanku. Ibu membuka dokumen di Laptop-ku yang berisi naskah buatanku.
Tiba saatnya, acara segera dimulai. Ku tunggu ayah dibarisan paling depan. Aku mengintip dari belakang Mc yang berada didepanku, disana ternyata penonton membludak. Tak kusangka, mereka mau melihat launching novelku ini. Kulihat ada  teman-teman sekelasku, ada keluarga besarku, juga ayah.
***
Acara berjalan dengan sangat baik, tiba pada pengujung acara. Sang Mc memberi waktu padakku untuk menyampaikan sesuatu. Saat acara berlangsung, ayah cukup kaget, dan sepertinya ia berbangga.
“Utama, Novel ini saya tujukan pada orang-orang disekitar saya. Dan, hadirin tepat hari ini, ayah saya tercinta berulang tahun. Ayah, mungkin ini tak seberapa dengan pengorbanan letihmu, perjuangan mu, tak seberapa dibanding semua yang kau lalui, tak sebanding dengan keringat yang kau keluarkan untukku. Mungkin, ini tak berharga, tak berguna. Tetapi ini ku tujukkan padamu, sesederhana ini rasaku,” ungkapku. Kuberikan Novel itu pada ayah, kudekap erat ia,ku teteskan air mata ini dibahunya.
Tak bisa ku gambarkan semua rasa, tak bisa ku tuliskan semua. Cukup kurasa betapa sayangnya aku pada ayah, pada ibu, pada kakak. Semuanya.
***
Tak berlangsung lama, tiga bulan dari launching novel itu. Aku mendapatkan surat pemberitahuan dari kantor penerbitan. Setelah kubaca, langsung ku langkahkan kaki ini menju ruang tengah. Dimana keluarga kecil ku ini sedang berkumpul, tetapi hanya ada ayah.
“Ayah, novel ku yang kemarin best seller! Terimakasih ya, Yah. Atas do’a dan semangat ayah. Sayang ayah,” Ku dekap dengan sangat.
“Sama-sama, Dek. Mana coba lihat suratnya?,” tanya ayah. Aku pun memberikan surat itu pada ayah.
“Syukurlah, anak cerdas. Terus lebih baik ya cantik,” ayah mengelus ubun-ubunku, kemudian mencium dahiku.
“Hehe.. ya ayah, ade dapet apa pa?.”
“Apapun yang ade minta, ayah kabulkan. Tanpa diminta pun akan ayah kabulkan.”
“Ade cuma minta satu yah, ayah kalau pulang jangan larut malam. Jaga kesehatan. Jangan sibuk, ade kangen bercanda bareng, kangen ayah anter berangkat sekolah, kangen waktu lihat Sirius bareng, pokoknya semua yang gak kita lakuin semenjak ayah sibuk. Jangan sibuk lagi ya, yah,” suasana pun mendadak haru biru.
“Ya de, sayang ade,” ayah pun menahan tangisnya. Ternyata Ibu, dan kakak pun dari kejauhan ikut menangis. “tapi ade janji. Nanti harus lebih bersinar dari bintang Sirius dimalam hari, harus lebih dominan dari dia. Arena bintang yang sesungguhnya ada didiri ade, dihati ade,” ujar ayah dalam dekapnya.
“Iya ayah, ayah juga harus lebih berbahaya dari Opium untuk lawan bisnis ayah.”
Ayah pernah menunjukkan sebuah bintang yang paling bersinar padaku. Namanya Sirius, bintang yang paling terang diantara yang lain. Bahkan saat bintang lain tak bersinar, ia ada di langit malam. Ia adalah bintang paling terang yang dapa dilihat dari bumi. Ayah bilang, ia berharap jika aku dapat seperti bintang itu. “Walau bintang yang paling terang akan lebih cepat hilang dibanding bintang lainnya, tetapi bintang itu sudah menghiasi banyak kehidupan mansia, menginspirasi banyak manusia,” itu yang ayah ucapkan.


Hmmmm.... Kali ini Yasmin bikin cerpen lho, Judulnya Sirius. sekarang cuma mau ngasih prolognya doang, kalau mau full bisa dateng ke orangnya (beli bukunya) katanya.
Oke, langsung aja :

Sirius
Yasmin Bismi Alifa

Prolog:
Kupersembahkan segenggam kata yang tertulis ini.. untukmu ayahku.. Kata sederhana, yang tak bermakna,

‘Tong.. tong’ bunyi jam yang menandakan tepat pukul 23.00, sudah sangat larut untuk anak seumurku, 14 tahun. Apa yang ku tunggu? Menunggu pintu kamar terbuka, dan merasakan kecupan ringan didahiku, dari seseorang yang kusayangi, ayahku.
Rumah besar ini, walau tak hanya dihuni oleh aku sendiri, masih ada Ibu, Kakak, dan pembantu lain. Tapi tetap saja tak lengkap jika tanpa ayah. Aku memang lebih dekat dengan ayah, bukan berarti tak dekat juga dengan yang lain. Identik, anak kedua lebih dekat dengan ayahnya.
Awalnya, tak seperti ini. Awalnya ayah tak pulang larut malam, awalnya kami lakukan banyak hal bersama, mengisi kekosongan dengan tawa, haru, pelajaran bermakna, dan bahagia. Bermula dari kemenangan perusahaan ayah dalam program besar bersama para kolega-nya. Itu membuat semua kenangan sulit terulang, bahkan untuk menghabiskan hari libur pun tak bersama. Ayah selalu sibuk dengan Laptop-nya. Belakangan ini, ku ketahui bahwa ayah tak menjaga kesehatannya.
***
“Maaf, sepertinya pola makan bapak tidak dijaga dengan baik. Asam lambungnya meningkat,” ujar dokter itu. Kejadian itu, saat ayah tiba-tiba dilarikan ke UGD.
Mungkin, tak berlebihan jika aku sangat khawatir dengan keadaan ayah. Siapa yang tak khawatir jika orangtuanya iba-tiba dilarikan ke rumah sakit? Tidak ada bukan?
Tapi, itulah titik awal ayah untuk memporsir kegiatannya. Tak sepadat minggu lalu, tapi tetap lebih padat dari tahun lalu. Kini, Ia mulai memperhatikan pola makannya, mulai kembali meluangkan waktunya untuk meregangkan otot. Aku bahagia, walau waktu yang diluangkan, bukan untukku. Kesehatannya, adalah nomor satu.
***
Untuk saat ini, dan kedepannya, aku selalu berusaha membahagiakan keluargaku. Walau jika akhirnya mereka tak berbangga, tak apalah. Kan kucoba semampuku. Sampai akhir hayatku.
“De, belum tidur?,” sapa Ibu diambang pintu, ini malam ketiga dimana aku meluangkan waktu untuk berdiam didepan buku.
“Belum bu,” jawabku. Melirik, kemudian tersenyum. Kembali fokus pada buku dihadapanku.
“Kenapa?”
“Enggak apa-apa kok, Bu. Cuma ada yang harus dikerjain aja.”
“Oke yaudah, jangan terlalu malem ya tidurnya.”
“Sip deh, Bu.” Ibu beranjak dari kamarku, menutup pintunya. Dan menghilang dibalik pintu. Bayang itu mengakhiri ‘pekerjaan’-ku. Ya, aku mulai menulis untuk satu penerbit. Berawal dari ‘keisenganku’ yang mengikuti sebuah event pencarian penulis kecil. Tapi, jangan dulu beritahu ibu dan ayah ya, aku belum memberitahukan hal ini padanya.
***
Ah, tak terasa. Hari ini bertepatan dengan Ulang tahun ayah, dan juga Launching novel perdana-ku. Rencananya, aku akan mengirimi tiket agar ayah menghadiri acaraku, kemudian menghadiahkan novel itu padanya. Sederhana, tetapi itulah rasaku.
Sudah ku rencanakan jauh-jauh hari, meminta kerjasama dengan para kolega-nya. dengan setting yang tepat. Hanya ayah yang aku berikan kejutan, karena diam-diam tanpa sepengetahuanku. Ibu membuka dokumen di Laptop-ku yang berisi naskah buatanku.
Tiba saatnya, acara segera dimulai. Ku tunggu ayah dibarisan paling depan. Aku mengintip dari belakang Mc yang berada didepanku, disana ternyata penonton membludak. Tak kusangka, mereka mau melihat launching novelku ini. Kulihat ada  teman-teman sekelasku, ada keluarga besarku, juga ayah.
***
Acara berjalan dengan sangat baik, tiba pada pengujung acara. Sang Mc memberi waktu padakku untuk menyampaikan sesuatu. Saat acara berlangsung, ayah cukup kaget, dan sepertinya ia berbangga.
“Utama, Novel ini saya tujukan pada orang-orang disekitar saya. Dan, hadirin tepat hari ini, ayah saya tercinta berulang tahun. Ayah, mungkin ini tak seberapa dengan pengorbanan letihmu, perjuangan mu, tak seberapa dibanding semua yang kau lalui, tak sebanding dengan keringat yang kau keluarkan untukku. Mungkin, ini tak berharga, tak berguna. Tetapi ini ku tujukkan padamu, sesederhana ini rasaku,” ungkapku. Kuberikan Novel itu pada ayah, kudekap erat ia,ku teteskan air mata ini dibahunya.
Tak bisa ku gambarkan semua rasa, tak bisa ku tuliskan semua. Cukup kurasa betapa sayangnya aku pada ayah, pada ibu, pada kakak. Semuanya.
***
Tak berlangsung lama, tiga bulan dari launching novel itu. Aku mendapatkan surat pemberitahuan dari kantor penerbitan. Setelah kubaca, langsung ku langkahkan kaki ini menju ruang tengah. Dimana keluarga kecil ku ini sedang berkumpul, tetapi hanya ada ayah.
“Ayah, novel ku yang kemarin best seller! Terimakasih ya, Yah. Atas do’a dan semangat ayah. Sayang ayah,” Ku dekap dengan sangat.
“Sama-sama, Dek. Mana coba lihat suratnya?,” tanya ayah. Aku pun memberikan surat itu pada ayah.
“Syukurlah, anak cerdas. Terus lebih baik ya cantik,” ayah mengelus ubun-ubunku, kemudian mencium dahiku.
“Hehe.. ya ayah, ade dapet apa pa?.”
“Apapun yang ade minta, ayah kabulkan. Tanpa diminta pun akan ayah kabulkan.”
“Ade cuma minta satu yah, ayah kalau pulang jangan larut malam. Jaga kesehatan. Jangan sibuk, ade kangen bercanda bareng, kangen ayah anter berangkat sekolah, kangen waktu lihat Sirius bareng, pokoknya semua yang gak kita lakuin semenjak ayah sibuk. Jangan sibuk lagi ya, yah,” suasana pun mendadak haru biru.
“Ya de, sayang ade,” ayah pun menahan tangisnya. Ternyata Ibu, dan kakak pun dari kejauhan ikut menangis. “tapi ade janji. Nanti harus lebih bersinar dari bintang Sirius dimalam hari, harus lebih dominan dari dia. Arena bintang yang sesungguhnya ada didiri ade, dihati ade,” ujar ayah dalam dekapnya.
“Iya ayah, ayah juga harus lebih berbahaya dari Opium untuk lawan bisnis ayah.”
Ayah pernah menunjukkan sebuah bintang yang paling bersinar padaku. Namanya Sirius, bintang yang paling terang diantara yang lain. Bahkan saat bintang lain tak bersinar, ia ada di langit malam. Ia adalah bintang paling terang yang dapa dilihat dari bumi. Ayah bilang, ia berharap jika aku dapat seperti bintang itu. “Walau bintang yang paling terang akan lebih cepat hilang dibanding bintang lainnya, tetapi bintang itu sudah menghiasi banyak kehidupan mansia, menginspirasi banyak manusia,” itu yang ayah ucapkan.


 
HEXOST : XI IPA 2 Copyright © 2016 Design oleh Ipietoon Blogger Template